English French Italian Japanese Arabic Chinese Simplified

Selasa, 06 April 2010

SEJARAH AWAL

Internazionale Milano Football Club terlahir dengan sebuah pembangkangan. Dikatakan ironis, memang ironis; namun, itulah yang terjadi di masa lalu. Seajarah Inter berawal dari Milan Cricket & Football Club yang didirikan pada tanggal 16 Desember 1899 oleh tiga orang berkebangsaan Inggris, yakni Herbert Kilpin, Allison dan Davies. Ketiga serangkai tersebut dibantu oleh tiga rekannya yang lain, yakni Alfred Edwards, Barnett dan Nathan.

Para pendiri dan anggota Milan Cricket & Football Club awalnya mungkin tidak pernah mengira dan menyangka-nyangka kalau klub olahraga itu bakal pecah. Alasannya pun terbilang sepele. Sebagian anggota yang dipimpin oleh Giovanni Paramithiotti, memprotes kebijakan klub dalam pembatasan anggota. Ketika itu, Milan tidak mengizinkan pemain asing memperkuat timnya dan hanya menerima pemain Italia dan Inggris, tidak dari negara lain.

Beberapa yang tidak setuju lalu meninggalkan Milan Cricket & Football Club dan sepakat mendirikan klub tandingan. Pada Senin, 9 Maret 1908, bertepatan di Restoran Dell 'Orologio, berdirilah Internazionale Milano Football Club yang kelak dikenal dengan nama Inter Milan.

Meski cara yang digunakan adalah pembangkangan pada awalnya, di kemudian hari ada satu hal yang patut diacungi jempol dari Internazionale Milano Football Club yakni tujuannya yang berlaku untuk 'umum'. Dengan kata lain, terbuka untuk siapa saja, tanpa membedakan bangsa dan negara, dan bersifat global. Intinya, dari awal, klub ini telah berani mengesampingkan perbedaan rasial dan diskriminasi sosial.

Begitu Internazionale mendeklarasikan sifanya yang terbuka untuk umum, sejumlah pemain asing mulai berdatangan. Kebanyakan dari mereka berasal dari Swiss. Bahkan, kapten pertama klub ini pun orang berkebangsaan Swiss, Ernst Marktl.

Untuk membedakan identitas diri secara jelas dari saudara tuanya, Milan; mereka menugaskan George Muggiani, seorang desain lokal, untuk merancang sebuah kostum. Sesuai kesepakatan, Muggiani lantas memakai warna dasar emas dipadukan garis hitam-biru secara vertikal.

Kostum sudah selesai. Tiba saatnya membentuk organisasi klub. Sebagai penghormatan atas ide 'gilanya' yang membentuk klub pelarian, Giovanni Paramithiotti, diangkat sebagai presiden klub pertama di Internazionale Milano Football Club.

Berkat jasa para pemain asingnya, Internazionale tak harus menunggu lama mendapatkan gelar pertamanya. Pada musim 1909/10, Internazionale memperoleh trofi pertamanya. Adalah Virgilio Fosatti I, pelatih yang berperan besar memadukan kolaborasi Italia-Swiss di Internazionale.

BERGANTI NAMA

Internazionale berkembang begitu pesat dari awal terbentuknya. Namun, keterpurukan juga sangat cepat terjadi. Setelah memperoleh trofi pertamanya, Internazionale haru menunggu sepuluh tahun kemudian untuk bisa kembali mendapatkan trofi keduanya, yakni pada musim 1919/20. Dimana ketika itu Internazionale dipimpin oleh presiden Giorgio Hulls dan allenatore Nino Rosegotti. Uniknya, yang menjadi kapten tim adalah anak dari mantan pelatih Internazionale yang pertama kali memperoleh trofi juara, yakni Virgilio Fosatti II.

Cerita berlanjut dan berkaitan dengan catatan sejarah besar yang dibincangkan di Eropa dan negara-negara lainnya. Di zaman fasis, Italia terkenal dengan kediktatoran Benito Mussolini, yang bercita-cita menjadikan Italia sebagai negara super power. Imbasnya, perubahan kebijakan di negara Spaghetti tersebut. Segala hal diatur agar sesuai dengan paham yang dia terapkan. Itulah awal dimana Internazionale 'dipaksa' melebur dengan klub lokal Unione Sportivo Milanese pada musim 1928/29. Sehingga membuat nama Internazionale berubah menjadi Ambrosiana-Inter.

Kala itu, Internazionale dianggap Mussolini tak sesuai dengan fahamnya. Ketika itu, Internazionale memang banyak diperkuat oleh pemain asing dari luar Italia. Sedangkan sebagai negara penganut faham fasis, Italia lebih mengunggulkan bangsanya sendiri atau anti asing.

Meski harus merubah namanya, Inter tetaplah Inter. Ini terlihat dari tiga gelar yang diperoleh ketika memakai nama Ambrosiana-Inter. Bahkan, ketika meraih scudetto ketiganya di musim 1929/30, dimana faham fasis masih berlaku, Inter dilatih oleh seorang allenatore asing bernama Arpad Veisz.

Dalam proses merebut gelar juara, kontribusi pemuda bernama Giuseppe Meazza -yang kelak namanya dijadikan sebagai nama stadion Inter Milan- sangat besar. Kesuksesan klub di era 1930-an tak lepas dari pemain yang kelak akan menjadi legenda sepanjang masa bagi Inter dan Italia.

Usai Perang Dunia II, tepatnya pada tahun 1946, Ambrosiana-Inter kembali mengganti nama menjadi Internazionale seperti nama awalnya berdiri. Orang yang berperan besar dalam hal ini adalah Carlo Masseroni, presiden klub sejak tahun 1942.

Kostum putih dengan tanda salib merah didada -seperti kostum yang dipakai Inter ketika merayakan 100 tahunnya di musim 2008/09- yang dipakai di era fasis pun ditanggalkan. Dan Inter memakai kostum kebesarannya seperti awal berdiri, yakni hitam-biru. Selama dua belas tahun Masseroni menjadi nahkoda kapal Internazionale, dua scudetti berhasil digenggam. Hebatnya, itu dilakukan dua musim berturut-turut; 1952/53 dan 1953/54 dengan pelatih Alfredo Foni.

LA GRANDE INTER

Saat kapal induk Internazionale dipegang oleh Angelo Moratti -ayahanda Massimo Moratti, presiden Inter saat ini-, dimulailah era keemasan yang sampai hari ini masih sering dibincangkan para tifosi. Selama Angelo berkuasa, total tujuh gelar diraih dan gelar Eropa pun dibawanya ke Inter.

Piala Champions -sekarang dikenal dengan nama League Champions- musim 1963/64 dan 1964/65 serta Piala Interkontinental 1964 dan 1965; merupakan bukti betapa Inter saat itu begitu perkasa. Keperkasaan mereka semakin menjadi-jadi pada musim 1964/65. Inter meraih tiga gelar sekaligus, yakni scudetto, Piala Champions dan Piala Interkoninental.

Di era tersebut Inter benar-benar ditakuti di Italia dan Eropa. Dengan formasi 4-2-4, Inter hebat dalam pertahanan dan peyerangan. Bahkan, Inter sempat dikenal dengan sebutan The Winning Team, yang terdiri dari Sarti (kiper); Burgnich, Facchetti, Bedin, Guarneri (bek); Picchi, Jair (gelandang); Mazzola, Milani, Suarez, Corso (striker).

Angelo Moratti bukan satu-satunya orang yang beperan besar dalam masa keemasan Inter. Adalah Helenio Herrera yang menjadi pelatih yang merupakan sutradara sesungguhnya kesuksesan Inter.

Allenatore asal Argentina ini mulai mengarsiteki Inter pada musim 1960/61. Ditangan dingin Herrera, Inter memperagakan sistem pertahanan gerendel atau yang dikela dengan istilah catenaccio. Dialah pelatih yang mempopulerkan taktik dan strategi tersebut. Kelak, dikemudian hari, gaya bertahan ala catenaccio menjadi ciri khas klub-klub dan timnas Italia.

Sebuah klub kadang tak lepas dari masa suram. Demikian juga Inter. Klub yang pernah berjaya di era 1960-an tersebut merasakan kesuraman dengan empat musim paceklik gelar (musim 1966-1970), tak ada satu gelar pun diraih Inter pada masa itu.

Masa suram tak berlangsung lama. Presiden baru, Ivanoe Fraizzoli, berhasil membawa Inter mengulangi masa kejayaannya. Ditandai dengan kemunculan striker kurus, Alessandro Altobelli, Inter mulai merasakan lagi gelar juara.

Sukses Inter tak lepas dari dua pelatih, yakni Gianni Invernizzi dan Eugenio Bersellini. Merekalah yang menyulap Inter kembali menjadi klub yang ditakuti. Invernizzi yang menangani Inter selama dua musim (1970-1972), berhasil menghadirkan satu scudetto pada musim 1970/71. Sementara Berselinni lebih hebat lagi. Raihan dua scudetti plus dua Piala Italia merupakan kado manisnya selama lima musim bekerja untuk Inter.

Pada era kepelatihan Giovanni Trapatoni, Inter memasuki akhir kejayaannya di Serie A. Pelatih top yang dikontrak dari Juventus ini berhasil membawa Inter merengkuh scudetto ke-13 kalinya pada musim 1988/89. Mr. Trap sendiri menangani Inter sejak musim 1986/87.

Inter benar-benar digdaya saat dipegang Mr. Trap. Duet Jerman, Andreas Brehme dan Lothar Matthaeus, merupakan pemain penting dibalik kesuksesan Inter, disamping nama pelatihnya itu sendiri. Kebintangan mereka disokong oleh bintang-bintang lokal, seperti Walter Zenga, Giuseppe Bergomi dan Riccardo Ferri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

History © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute